Powered By Blogger

Minggu, 29 Agustus 2010

Pandawa Lima

1. PRABU YUDHISTIRA

yudhistira

PRABU YUDHISTIRA menurut cerita pedalangan Jawa adalah raja jin negara Mertani, sebuah Kerajaan Siluman yang dalam penglihatan mata biasa merupakan hutan belantara yang sangat angker. Prabu Yudhistira mempunyai dua saudara kandung masing-masing bernama ;Arya Danduwacana, yang menguasai kesatrian Jodipati dan Arya Dananjaya yang menguasai kesatrian Madukara. Prabu Yudhistira juga mempunyai dua saudara kembar lain ibu, yaitu ; Ditya Sapujagad bertempat tinggal di kesatrian Sawojajar, dan Ditya Sapulebu di kesatrian Baweratalun.Prabu Yudhistira menikah dengan Dewi Rahina, putri Prabu Kumbala, raja jin negara Madukara dengan permaisuri Dewi Sumirat. Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putri bernama Dewi Ratri, yang kemudian menjadi istri Arjuna.Ketika hutan Mertani berhasil ditaklukan keluarga Pandawa berkat daya kesaktian minyak Jayengkaton milik Arjuna pemberian Bagawan Wilwuk/Wilawuk, naga bersayap dari pertapaan Pringcendani. Prabu Yudhistira kemudian menyerahkan seluruh negara beserta istrinya kepada Puntadewa, sulung Pandawa, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti. Prabu Yudhistira kemudian menjelma atau menyatu dalam tubuh Puntadewa, hingga Puntadewa bergelar Prabu Yudhistira. Prabu Yudhistira darahnya berwarna putih melambangkan kesuciannya.

2. BIMA atau WERKUDARA

b37_bima_indhu_solo1

Dikenal pula dengan nama; Balawa, Bratasena, Birawa, Dandunwacana, Nagata, Kusumayuda, Kowara, Kusumadilaga, Pandusiwi, Bayusuta, Sena, atau Wijasena. Bima putra kedua Prabu Pandu, raja Negara Astina dengan Dewi Kunti, putri Prabu Basukunti dengan Dewi Dayita dari negara Mandura. Bima mempunyai dua orang saudara kandung bernama: Puntadewa dan Arjuna, serta 2 orang saudara lain ibu, yaitu ; Nakula dan Sadewa. Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur. Bima memiliki keistimewaan ahli bermain ganda dan memiliki berbagai senjata antara lain; Kuku Pancanaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta, sedangkan ajian yang dimiliki adalah ; Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuklindu dan Aji Blabakpangantol-antol. Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran yaitu; Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain; Kampuh atau kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan pupuk Pudak Jarot Asem. Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah negara Amarta. Bima mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak, yaitu :

1. Dewi Nagagini, berputra Arya Anantareja,

2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca dan

3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena.

Akhir riwayat Bima diceritakan, mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuda.

3. ARJUNA

arjuna

Adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti/Dewi Prita putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura. Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara satu ayah, yang dikenal dengan nama Pandawa. Dua saudara satu ibu adalah Puntadewa dan Bima/Werkudara.

Sedangkan dua saudara lain ibu, putra Pandu dengan Dewi Madrim adalah Nakula dan Sadewa. Arjuna seorang satria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi Pandita di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Arjuna dijadikan jago kadewatan membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Kaindran bergelar Prabu Karitin dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain ; Gendewa ( dari Bathara Indra ), Panah Ardadadali ( dari Bathara Kuwera ), Panah Cundamanik ( dari Bathara Narada ). Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain ; Keris Kiai Kalanadah, Panah Sangkali ( dari Resi Durna ), Panah Candranila, Panah Sirsha, Keris Kiai Sarotama, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni ( diberikan pada Abimanyu ), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton ( pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani ) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna mempunyai 15 orang istri dan 14 orang anak. Adapun istri dan anak-anaknya adalah :

1. Dewi Sumbadra , berputra Raden Abimanyu.

2. Dewi Larasati , berputra Raden Sumitra dan Bratalaras.

3. Dewi Srikandi

4. Dewi Ulupi/Palupi , berputra Bambang Irawan

5. Dewi Jimambang , berputra Kumaladewa dan Kumalasakti

6. Dewi Ratri , berputra Bambang Wijanarka

7. Dewi Dresanala , berputra Raden Wisanggeni

8. Dewi Wilutama , berputra Bambang Wilugangga

9. Dewi Manuhara , berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati

10. Dewi Supraba , berputra Raden Prabakusuma

11. Dewi Antakawulan , berputra Bambang Antakadewa

12. Dewi Maeswara

13. Dewi Retno Kasimpar

14. Dewi Juwitaningrat , berputra Bambang Sumbada

15. Dewi Dyah Sarimaya.

Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu ; Kampuh/Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).

Arjuna juga banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain ; Parta (pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Bathara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Danasmara ( perayu ulung ) dan Margana ( suka menolong ).

Arjuna memiliki sifat perwatakan ; Cerdik pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah.

Arjunaa memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bhatarayuda, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.

Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia muksa ( mati sempurna ) bersama ke-empat saudaranya yang lain.

4. NAKULA

nakula

Nang dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Pinten (nama tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan sebagai obat) adalah putra ke-empat Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati, dari negara Mandaraka. Nakula lahir kembar bersama adiknya, Sahadewa atau Sadewa (pedalangan Jawa), Nakula juga menpunyai tiga saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna. Nakula adalah titisan Bathara Aswi, Dewa Tabib. Nakula mahir menunggang kuda dan pandai mempergunakan senjata panah dan lembing. Nakula tidak akan dapat lupa tentang segala hal yang diketahui karena ia mepunyai Aji Pranawajati pemberian Ditya Sapujagad, Senapati negara Mretani. Nakula juga mempunyai cupu berisi, “Banyu Panguripan atau Air kehidupan” (tirtamaya) pemberian Bhatara Indra. Nakula mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Nakula tinggal di kesatrian Sawojajar, wilayah negara Amarta. Nakula mempunyai dua orang isteri yaitu:

1. Dewi Sayati putri Prabu Kridakirata, raja negara Awuawulangit, dan

memperoleh dua orang putra masing-masing bernama; Bambang

Pramusinta dan Dewi Pramuwati.

2. Dewi Srengganawati, putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa

yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita,

Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala)

dan memperoleh seorang putri bernama Dewi Sritanjung.

Dari perkawinan itu Nakula mendapat anugrah cupu pusaka berisi air kehidupan bernama Tirtamanik. Setelah selesai perang Bharatyuda, Nakula diangkat menjadi raja negara Mandaraka sesuai amanat Prabu Salya kakak ibunya, Dewi Madrim. Akhir riwayatnya diceritakan, Nakula mati moksa bersama keempat saudaranya.

5. SADEWA atau Sahadewa

sadewa

Dalam pedalangan Jawa disebut pula dengan nama Tangsen (buah dari tumbuh-tumbuhan yang daunnya dapat dipergunakan dan dipakai untuk obat) adalah putra ke-lima atau bungsu Prabu Pandudewanata, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Madrim, putri Prabu Mandrapati dengan Dewi Tejawati dari negara Mandaraka. Ia lahir kembar bersama kakanya, Nakula. Sadewa juga mempunyai tiga orang saudara satu ayah, putra Prabu Pandu dengan Dewi Kunti, dari negara Mandura, bernama; Puntadewa, Bima/Werkundara dan Arjuna. Sadewa adalah titisan Bathara Aswin, Dewa Tabib. Sadewa sangat mahir dalam ilmu kasidan (Jawa)/seorang mistikus. Mahir menunggang kuda dan mahir menggunakan senjata panah dan lembing. Selain sangat sakti, Sadewa juga memiliki Aji Purnamajati pemberian Ditya Sapulebu, Senapati negara Mretani yang berkhasiat; dapat mengerti dan mengingat dengan jelas pada semua peristiwa. Sadewa mempunyai watak jujur, setia, taat, belas kasih, tahu membalas guna dan dapat menyimpan rahasia. Sadewa tinggal di kesatrian Bawenatalun/Bumiretawu, wilayah negara Amarta. Sadewa menikah dengan Dewi Srengginiwati, adik Dewi Srengganawati (Isteri Nakula), putri Resi Badawanganala, kura-kura raksasa yang tinggal di sungai/narmada Wailu (menurut Purwacarita, Badawanangala dikenal sebagai raja negara Gisiksamodra/Ekapratala). Dari perkawinan tersebut ia memperoleh seorang putra bernama Bambang Widapaksa/ Sidapaksa). Setelah selesai perang Bharatayuda, Sedewa menjadi patih negara Astina mendampingi Prabu Kalimataya/Prabu Yudhistrira. Akhir riwayatnya di ceritakan, Sahadewa mati moksa bersama ke empat saudaranya.

Sumber: http://sabdalangit.wordpress.com/2009/03/28/597/

Aksara Jawa

Hanacaraka atau dikenal dengan nama carakan atau cacarakan bahasa Sunda adalah aksara turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Madura, bahasa Melayu (Pasar), Bahasa Sunda, Bahasa Bali, dan bahasa Sasak

Bentuk hanacaraka yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi dan merupakan abugida. Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili dua buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "hari". Aksara Na yang mewakili dua huruf, yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata "nabi". Dengan demikian, terdapat penyingkatan cacah huruf dalam suatu penulisan kata apabila dibandingkan dengan penulisan aksara Latin.

Aksara Jawa Hanacaraka termasuk ke dalam kelompok turunan aksara Brahmi, sebagaimana semua aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki kedekatan dengan aksara Bali. Aksara Brahmi sendiri merupakan turunan dari aksara Assyiria.

Pada bentuknya yang asli, aksara Jawa Hanacaraka ditulis menggantung (di bawah garis), seperti aksara Hindi. Namun demikian, pengajaran modern sekarang menuliskannya di atas garis.

Aksara hanacaraka Jawa memiliki 20 huruf dasar, 20 huruf pasangan yang berfungsi menutup bunyi vokal, 8 huruf "utama" (aksara murda, ada yang tidak berpasangan), 8 pasangan huruf utama, lima aksara swara (huruf vokal depan), lima aksara rekan dan lima pasangannya, beberapa sandhangan sebagai pengatur vokal, beberapa huruf khusus, beberapa tanda baca, dan beberapa tanda pengatur tata penulisan.

Pada aksara Jawa hanacaraka baku terdapat 20 huruf dasar (aksara nglegena), yang biasa diurutkan menjadi suatu "cerita pendek":

  • ha na ca ra ka
  • da ta sa wa la
  • pa dha ja ya nya
  • ma ga ba tha nga

Berikut ini adalah aksara nglegena:
Hanacaraka-jawa-1.png

Huruf pasangan (Aksara pasangan)

Pasangan dipakai untuk menekan vokal konsonan di depannya. Sebagai contoh, untuk menuliskan mangan sega (makan nasi) akan diperlukan pasangan untuk "se" agar "n" pada mangan tidak bersuara. Tanpa pasangan "s" tulisan akan terbaca manganasega (makanlah nasi).

Tatacara penulisan Jawa Hanacaraka tidak mengenal spasi, sehingga penggunaan pasangan dapat memperjelas kluster kata.

Berikut ini adalah daftar pasangan:
03PasanganHanacaraka.JPG

Huruf utama (aksara murda)

04AksaraMurda.JPG

Huruf Vokal Mandiri (aksara swara)

06AksaraSwara.JPG

07ContohAksaraSwara.JPG

Huruf tambahan (aksara rèkan)

08AksaraRekan.JPG

Huruf Vokal tidak Mandiri (Sandhangan)

Sandhangan1.png

Tanda-tanda Baca (pratandha)

Pratandha.png

Gaya Penulisan (Style, Gagrag) Aksara Jawa

Berdasarkan Bentuk aksara Penulisan aksara Jawa dibagi menjadi 3 yakni:

  • Ngetumbar

Aj-ngtmbr.png

  • Mbata Sarimbag

Aj-bs.png

  • Mucuk eri



Berdasarkan Daerah Asal Pujangga/Manuskrip, dikenal gaya penulisan aksara Jawa :

  • Jogjakarta

Aj-jogja.png

  • Surakarta

Aj-solo.png

  • Lainnya

Aj-ngtmbr.png

Aturan baku penggunaan hanacaraka

Penggunaan (pengejaan) hanacaraka pertama kali dilokakaryakan pada tahun 1926 untuk menyeragamkan tata cara penulisan menggunakan aksara ini, sejalan dengan makin meningkatnya volume cetakan menggunakan aksara ini, meskipun pada saat yang sama penggunaan huruf arab pegon dan huruf latin bagi teks-teks berbahasa Jawa juga meningkat frekuensinya. Pertemuan pertama ini menghasilkan Wewaton Sriwedari ("Ketetapan Sriwedari"), yang memberi landasan dasar bagi pengejaan tulisan. Nama Sriwedari digunakan karena lokakarya itu berlangsung di Sriwedari, Surakarta. Salah satu perubahan yang penting adalah pengurangan penggunaan taling-tarung bagi bunyi /o/. Alih-alih menuliskan "Ronggawarsita" (bentuk ini banyak dipakai pada naskah-naskah abad ke-19), dengan ejaan baru penulisan menjadi "Ranggawarsita", mengurangi penggunaan taling-tarung.

Modifikasi ejaan baru dilakukan lagi tujuh puluh tahun kemudian, seiring dengan keprihatinan para ahli mengenai turunnya minat generasi baru dalam mempelajari tulisan hanacaraka. Kemudian dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga gubernur (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur) pada tahun 1996 yang berusaha menyelaraskan tata cara penulisan yang diajarkan di sekolah-sekolah di ketiga provinsi tersebut.

Tonggak perubahan lainnya adalah aturan yang dikeluarkan pada Kongres Basa Jawa III, 15-21 Juli 2001 di Yogyakarta. Perubahan yang dihasilkan kongres ini adalah beberapa penyederhanaan penulisan bentuk-bentuk gabungan (kata dasar + imbuhan).

Perubahan Aksara Pallawa ke Aksara-Aksara Nusantara

Perubahan Aksara Pallawa

Perbandingan aksara Jawa dan aksara Bali

Hanacaraka gaya Jawa, aksara-aksara dasar
Hanacaraka gaya Bali, aksara-aksara dasar
Hanacaraka gaya Jawa, aksara-aksara dasar Hanacaraka gaya Bali, aksara-aksara dasar

Penulisan Aksara Jawa dalam Cacarakan Sunda

Cacarakan.png

da sedikit perbedaan dalam Cacarakan Sunda dimana aksara "Nya" dituliskan dengan menggunakan aksara "Na" yang mendapat pasangan "Nya". Sedangkan Aksara "Da" dan "Tha" tidak digunakan dalam Cacarakan Sunda. Juga ada penambahan aksara Vokal Mandiri "É" dan "Eu", sandhangan "eu" dan "tolong"

Penggunaan aksara Hanacaraka

Bahasa Jawa dalam huruf Jawa dipakai pada papan nama jalan di Surakarta.

Aksara hanacaraka masih diajarkan di sekolah-sekolah di wilayah berbahasa Jawa sampai sekarang (Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta), sebagai bagian dari muatan lokal dari kelas 3 hingga kelas 5 SD. Walaupun demikian, penggunaannya dalam surat-surat resmi/penting, surat kabar, televisi, media luar ruang, dan sebagainya sangatlah terbatas dan terdesak oleh penggunaan alfabet Latin yang lebih mudah diakses. Beberapa surat kabar dan majalah lokal memiliki kolom menggunakan aksara Jawa. Penguasaan aksara ini dianggap penting untuk mempelajari naskah-naskah lama, tetapi tidak terlihat usaha untuk menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. Usaha-usaha revivalisasi bersifat simbolik dan tidak fungsional, seperti pada penulisan nama jalan atau kampung. Salah satu penghambatnya adalah tidak adanya usaha ke arah pengembangan ortografi/tipografi aksara ini.

Integrasi Hanacaraka ke dalam sistem informasi komputer

Usaha-usaha untuk mengintegrasikan aksara ini ke sistem informasi elektronik telah dilakukan sejak 1983 oleh peneliti dari Universitas Leiden (dipimpin Willem van der Molen). Integrasi ini diperlukan agar setiap anggota aksara Jawa memiliki kode yang khas yang diakui di seluruh dunia.

Jeroen Hellingman mengajukan proposal untuk mendaftarkan aksara ini ke Unicode pada pertengahan tahun 1993 dan Maret 1998. Selanjutnya, Jason Glavy membuat "font" aksara Jawa yang diedarkan secara bebas sejak 2002 dan mengajukan proposal pula ke Unicode. Di Indonesia Yanis cahyono membuat font aksara jawa pada tahun 2001 yang diberi nama aljawi sekaligus software installernya ,hampir bersamaan disusul Ermawan Pratomo membuat hanacaraka font pada tahun 2001, Teguh Budi Sayoga pada tahun 2004 telah pula membuat suatu font aksara Jawa untuk Windows (disebut "Hanacaraka") berdasarkan ANSI. Matthew Arciniega membuat screen font untuk Mac pada tahun 1992 dan ia namakan "Surakarta". Yang terbaru adalah yang digarap oleh Bayu Kusuma Purwanto (2006), yang dapat diekspor ke dalam html.

Baru sejak awal 2005 dilakukan usaha bertahap yang nyata untuk mengintegrasikan aksara Jawa ke dalam Unicode setelah Michael Everson membuat suatu code table sementara untuk didaftarkan. Kelambatan ini terjadi karena kurangnya dukungan dari masyarakat pengguna aksara ini. Baru semenjak masa ini mulai terhimpun dukungan dari masyarakat pengguna. Aksara Jawa Hanacaraka saat ini telah dirilis dalam Unicode versi 5.2 (tergabung dalam Amandemen 6) yang keluar pada tanggal 1 Oktober 2009. Alokasi Memori Aksara Jawa (Javanese) pada Unicode 5.2.0 adalah di alamat heksadesimal A980 sampai dengan A9DF (desimal: 43392–43487).

sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hanacaraka

Cara Menghitung Neptu/Hari Pasaran Jawa

Sumber: file:///C:/Users/L40/Desktop/menghitung%20cara%20jawa.htm

Perhitungan Secara Manual
Berikut ini adalah cara untuk menghitung neptu seseorang secara manual. Sebagai contoh: seseorang yang lahir pada tanggal 28 April 1978

  1. Menghitung dina (hari):
    • Cari angka pertemuan antara tahun di sebelah kiri dan bulan di bagian atas pada Tabel 1
      Sebagai contoh: Tahun 1978 dan bulan April pertemuannya adalah 6
    • Jumlahkan angka pertemuan tersebut dengan tanggal, yaitu 28 + 6 = 34
    • Cari nilai (34) di Tabel 2, tarik garis lurus ke samping kiri akan menemukan harinya yaitu Jum'at
  2. Menghitung pasaran (pon, wage, kliwon, dsb):
    • Cari angka pertemuan antara tahun di sebelah kiri dan bulan di bagian atas pada Tabel 3
      Sebagai contoh: Tahun 1978 dan bulan April pertemuannya adalah 0
    • Jumlahkan angka pertemuan tersebut dengan tanggal, yaitu 28 + 0 = 28
    • Cari nilai (28) di Tabel 4, tarik garis lurus ke samping kiri akan menemukan pasarannya yaitu Pon
  3. Menghitung neptu hari dan pasaran:
    • Gunakan Tabel 5 untuk mengetahui nilai hari. Sebagai contoh: Jum'at nilainya 6
    • Gunakan Tabel 6 untuk mengetahui nilai pasaran. Sebagai contoh: Pon nilainya 7
    • Jumlahkan kedua nilai tersebut. Sebagai contoh:6 + 7 = 13

Tabel 1

TAHUNJANFEBMARAPRMEIJUNJULAGTSEPOKTNOVDES
18901918194619742002203020582086211421422170255136140250
18911919194719752003203120592087211521432171366240251361
18921920194819762004203220602088211621442172401462403513
18931921194919772005203320612089211721452173622503514624
18941922195019782006203420622090211821462174033614625035
18951923195119792007203520632091211921472175144025036146
18961924195219802008203620642092212021482176256240251361
18971925195319812009203720652093212121492177400351362402
18981926195419822010203820662094212221502178511462403513
18991927195519832011203920672095212321512179622503514624
19001928195619842012204020682096212421522180034025036146
19011929195719852013204120692097212521532181255136140250
19021930195819862014204220702098212621542182366240251361
19031931195919872015204320712099212721552183400351362402
19041932196019882016204420722100212821562184512503514624
19051933196119892017204520732101212921572185033614625035
19061934196219902018204620742102213021582186144025036146
19071935196319912019204720752103213121592187255136140250
19081936196419922020204820762104213221602188360351352402
19091937196519932021204920772105213321612189511462403513
19101938196619942022205020782106213421622190622503514624
19111939196719952023205120792107213521632191033614625035
19121940196819962024205220802108213621642192145136140250
19131941196919972025205320812109213721652193366240251361
19141942197019982026205420822110213821662194400351362402
19151943197119992027205520832111213921672195511462403513
19161944197220002028205620842112214021682196623614625035
19171945197320012029205720852113214121692197144025036146

Tabel 2

HARINILAI
Minggu1815222936
Senin2916233037
Selasa310172431-
Rabu411182531-
Kamis512192633-
Jum'at613202734-
Sabtu714212835-

Tabel 3

TAHUNJANFEBMARAPRMEIJUNJULAGTSEPOKTNOVDES
18841904192419441964198420042024204420642084121223340011
18851905192519451965198520052025204520652085231223340011
18861906192619461966198620062026204620662086231223340011
18871907192719471967198720072027204720672087231223340011
18881908192819481968198820082028204820682088232334401122
18891909192919491969198920092029204920692089342334401122
18901910193019501970199020102030205020702090342334401122
18911911193119511971199120112031205120712091342334401122
18921912193219521972199220122032205220722092343440012233
18931913193319531973199320132033205320732093403440012233
18941914193419541974199420142034205420742094403440012233
18951915193519551975199520152035205520752095403440012233
18961916193619561976199620162036205620762096404001123344
18971917193719571977199720172037205720772097014001123344
18981918193819581978199820182038205820782098014001123344
18991919193919591979199920192039205920792099014001123344
19001920194019601980200020202040206020802100010112234400
19011921194119611981200120212041206120812101120112234400
19021922194219621982200220222042206220822102120112234400
19031923194319631983200320232043206320832103120112234400

Tabel 4

PASARANNILAI
Legi161116212631
Pahing271217222732
Pon381318232833
Wage491419242934
Kliwon5101520253035

Tabel 5

HARINEPTU
Minggu5
Senin4
Selasa3
Rabu7
Kamis8
Jum'at6
Sabtu9

Tabel 6

PASARANNEPTU
Legi5
Pahing9
Pon7
Wage4
Kliwon8

Jumat, 27 Agustus 2010

Legenda Kwitang


Menyusuri kawasan Kwitang akan selalu dikenalkan dengan sebuah Tugu Tani yang menjadi petunjuknya. Tapi, cerita Kwitang tidak hanya pada tugu setinggi kurang lebih sepuluh meter.

Kwitang menurut ceritanya juga terkenal dengan seorang jagoan Betawi. Jagoan Betawi asal Kwitang ini menambah legenda para pesohor silat lainnya seperti Si Pitung atau Jampang yang melegenda hingga ke seluruh pelosok Jakarta.

Namun epik bukan dari sejumlah nama itu saja. Tak banyak orang yang mengetahui ternyata Kampung Kwitang juga memiliki pesilat tangguh yang tak kalah hebatnya. Dia adalah Kwk Tang Kiam.

Kwik Tang Kiam adalah seorang pesilat asal negeri Tiongkok. Kehebatan pemuda ini dalam ilmu bela diri membawa pengaruh bagi warga di kampung Kwitang.

"Dia memang sangat tersohor di kampung ini. Bahkan kata kakek saya, orang Betawi jaman dulu menyebut daerah ini sebagai kampung si Kwik Tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang," kata sesepuh Kwitang, Habib Abdul Rahman kepada VIVAnews, di kediamannya Jalan Kembang V No 50, Kwitang, Jakarta Pusat.

Kisah itu berawal pada abad 17 ketika seorang pengembara dari dataran Tiongkok, Kwik Tang Kiam menjejakkan kakinya di tanah Betawi. Konon, Kwik Tang Kiam telah mengembara ke hampir seluruh pelosok daerah Indonesia.

Di salah satu kampung di Betawi pengembara yang juga pedagang obat-obatan tersebut menetap. Selain piawai dalam meracik obat-obatan, ia juga ahli dalam berolah silat.
Di daerah tempat ia menetap, Kwik Tang Kiam menurunkan ilmu silatnya kepada orang-orang yang tinggal di sekitarnya.

"Banyak orang Betawi di sini yang jago silat, salah satunya Mat Zailani. Aliran silat di sini dikenal dengan sebuatan Si Ulung (perpaduan antara kekuatan fisik dan kebatinan)," ungkap pria 67 tahun itu.

Memang kehebatan ilmu silat Kwik Tang Kiam diakui masyarakat Betawi saat itu. Silat yang diajarkannya menggunakan jurus-jurus ampuh mirip aliran Shaolin yang memadukan unsur tenaga, kekuatan fisik dan kecepatan.

Hal ini sangat berbeda dengan aliran silat Betawi yang lebih menonjolkan ilmu kebatinan. Walau demikian Kwik Tang Kiam mengakui kehebatan ilmu kebatinan silat Betawi.

"Konon sejak itulah Kwik Tang Kiam menetap di kampung ini, dan para sesepuh di sini banyak yang mengatakan dia akhirnya memeluk agama Islam," paparnya.

Cerita lain Kwik Tang Kiam menyebutkan dia adalah seorang tuan tanah yang kaya. Hampir semua tanah yang terdapat di daerah tersebut adalah miliknya.

Saking luasnya tanah milik Kwik Tang kiam, orang Betawi menyebut kampungnye si Kwik Tang. Konon juga Kwik Tang memiliki seorang anak tunggal yang suka berjudi dan mabuk.

Setelah Kwik Tang Kiam meninggal dunia, anaknya yang suka berjudi dan mabuk Kwitang itu malah menjual semua tanah milik bapaknya kepada saudagar keturunan Arab.

Sejak itulah banyak keturunan Arab yang tinggal di Kampung Kwitang.

Selain silat, kampung Kwitang sejak tahun 1890 terkenal dengan sebuah perkumpulan majelis taklimnya. "Warga Betawi di Kwitang agama Islamnya cukup kuat, meskipun banyak warga Tionghoanya," ujarnya.

Lain dulu, lain sekarang. Kini kehebatan para pesilat di kampung Kwitang nyaris tak terdengar.

Bagi masyarakat Jakarta kampung Kwitang selalu identik dengan para penjual buku-buku baru dan bekas, meskipun Pemerintah Provinsi DKI sudah merelokasi para pedagang buku di Kwitang ke Pasar Proyek Senen.

"Ya inilah wajah Kwitang saat ini, tapi jangan lupa anak-anak Kwitang masih jago kalau soal silat. Ente jual, ane beli," selorohnya.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/35626-jejak_shaolin_di_kwitang

Legenda Kemayoran


Bandara Kemayoran sempat menjadi bandara internasional di Jakarta. Namanya tenggelam sejak peresmian Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.

Makin menghilang lagi karena ditutup tahun 1985. Padahal Bandara Kemayoran menyimpan sejarah unik bagi perkembangan dunia dirgantara Indonesia.

Kawasan ini menjadi saksi bisu beroperasinya pesawat terbang baik sipil maupun militer mulai dari yang bermesin piston, turboprop dan sampai jet.

Nama kemayoran diambil karena banyaknya sang mayor yang tinggal di kawasan ini. "Sebelum dibangun lapangan terbang daerah ini belum punya nama," kata salah satu sesepuh Kemayoran Haji Abdul Rasid, 76 tahun kepada VIVAnews.

"Hanya nama lokal saja seperti Kampung Utan, karena memang wilayah di sini dulunya hutan," sambungnya.

Namun, setelah dibangun bandara oleh Belanda tahun 1929, dibuatlah camp-camp (asrama) di Jalan Garuda untuk para tentara Belanda. Di situlah ditempatkan tentara berpangkat mayor-mayor.

Ketika itu banyak orang pribumi dari luar misalnya Senen dan Kampung Melayu yang bekerja di sana. "Saat ditanyakan mau kemana. Mereka bilang mau ke rumah mayor, biar lebih enak dan singkat bilangnya Kemayoran," ungkapnya.

Dari situlah nama Kemayoran menjadi populer. "Sejak itu kawasan bandara itu dinamakan Kemayoran," ujar pria kelahiran 1933 itu.

Namun ada cerita lain soal sejarah Kemayoran. Nama kawasan biasa disebut Mayoran, seperti yang tercantum dalam Plakaatboek (Van der Chijs XIV:536), dan sebuah iklan pada Java Government Gazette 24 Februari 1816.

Kisah ini dimulai dengan keberadaan Isaac de Saint Martin. Pemilik tanah ini memiliki tanah yang sangat luas dan tersebar di beberapa tempat, antara lain di Bekasi, di Cinere (dahulu disebut Ci Kanyere) sebelah timur Sungai Krukut di Tegalangus dan di kawasan Ancol. Luas lahannya ribuan hektar.

Nama aslinya, adalah Isaac de I’ Ostale de Saint Martin, lahir tahun 1629 di Oleron, Bearn, Prancis. Karena sesuatu sebab ia meninggalkan tanah airnya, dan membaktikan dirinya kepada VOC.

Pada tahun 1662 ia tercatat sudah berpangkat Letnan, ikut serta dalam peperangan di Cochin. Dengan pangkat mayor ia terlibat dalam peperangan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ketika VOC membantu Mataram menghadapi Pangeran Trunojoyo.

Pada Maret 1682 dia bersama Kapten Tack, ditugaskan untuk membantu Sultan Haji menghadapi ayahnya Sultan Ageng Tirtayasa.

Saat perang berlangsung, dia mulai merasa benci kepada Kapten Jonker, yang dianggapnya arogan.

Setelah perang itu selesai, dengan berbagai cara ia berusaha agar Jonker dikucilkan. Dan ternyata usahanya berhasil. Karena merasa dikucilkan, Jonker akhirnya bangkit melawan VOC walupun gagal.

Bandara Kemayoran diresmikan sebagai lapangan terbang internasional pada tanggal 8 Juli 1940 dan dikelola oleh KNILM (Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappy) yang sekaligus menjadi kepanjangan tangan dari Maskapai KLM Belanda.

Proyek pembangunannya telah dimulai sejak enam tahun yang lalu oleh pemerintah Hindia Belanda.

"Tahun 1935 saya kena gusur, dulunya saya tinggal di dekat lapangan terbang atau terminal lama (tempat keberangkatan penumpang) Kemayoran," kata kakek yang memiliki 19 cucu itu.

Sejak itulah dirinya bersama ayahnya harus pindah di daerah Utan Panjang hingga sekarang. Kemayoran adalah bandara komersil pertama yang dimiliki Indonesia.

Meskipun hanya pesawat Dakota (jenis pesawat kecil dengan daya angkut 60 orang) yang biasa mendarat di fasilitas ini. "Kebanyakan orang Belanda atau bangsawan yang bisa berpergian menggunakan pesawat saat itu," paparnya.

Dia menjelaskan, tanggal 31 Maret 1985 ditetapkan sebagai tanggal berhenti beroperasinya Bandara Kemayoran. Kemayoran ditutup karena sudah dianggap tidak layak lagi sebagai bandar udara mengingat letaknya agak di tengah kota dan demi pembangunan wilayah Jakarta Utara.

Setelah ditutup, suasana masih tetap seperti sedia kala walau tanpa operasi dan aktivitas penerbangan.

Setelah resmi ditutup, area bandara Kemayoran seluas 454 hektar diambilalih oleh pemerintah dari Perum Angkasa Pura I, sebagai aset negara berdasarkan Perpu Nomor 31 tahun 1985.

Eks bandara Kemayoran dengan letaknya yang stategis menjadi rebutan bagi pengusaha properti dan kontraktor.

Sekarang ini di kawasan Kota Baru Kemayoran telah berdiri Mega Glodok Kemayoran, RS Mitra Kemayoran, Masjid Kemayoran, dan deretan apartemen seperti The View, Mediterenia Kemayoran, dan Puri Kemayoran.

Selain itu, perhelatan akbar juga digelar di sini seperti Pekan Raya Jakarta yang dibuka tiap tahun pada ulang tahun Jakarta selama sebulan.

Saat ini Abdul Rasid hanya bisa bernostalgia jika melihat menara pengawas dan terminal keberangkatan yang sampai saat ini masih berdiri kokoh di tengah-tengah himpitan gedung-gedung perkantoran dan perbelanjaan.

"Memang jejak sang Mayor hanya bisa diingat dengan adanya 2 bangunan itu," tutupnya.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/24763-jejak_sang_mayor_di_bandara_pertama

Legenda Metropole atau Megaria


Jejak sejarah terkisah di sebuah bangunan kuno yang terletak di Jalan Diponogoro, Jakarta Pusat ini. Berbeda dengan bangunan bersejarah lainnya, bangunan ini memang mengkhususkan untuk tempat khusus pertunjukan film.

Bioskop Megaria yang sekarang ini kembali berganti menggunakan nama lamanya, Metropole.

Gedung ini mulai dibangun pada 11 Agustus 1949 dan rampung sekaligus mulai dioperasikan sebagai bioskop yang diberi nama Metropole pada tahun 1951.

Menurut keterangan pedagang majalah yang sudah berjualan sejak tahun 1965, Hairul Salam, 50 tahun, sejak dibangun tempat ini langsung digunakan untuk bioskop. "Tidak ada bentuk bangunan yang berubah sampai sekarang," katanya.

Bangunan cukup monumental berarsitektur paduan gaya Art-Deco Tropis dan De Stijl dengan menara lancipnya yang khas ini berada di lokasi yang sangat strategis di sudut persimpangan dua jalan yang cukup ramai, yakni antara Jalan Cikini, Jalan Proklamasi (Pegangsaan Timur), dan Jalan Diponegoro yang kala itu bernama Oranje Boulevard.

Berdasarkan catatan sejarah, bioskop Megaria merupakan hasil rancangan Johannes Martinus (Han) Groenewegen, arsitek Belanda kelahiran Den Haag tahun 1888 yang tinggal di Jakarta sampai dengan akhir hayatnya hingga tahun 1980.

Saat-saat Metropole mulai beroperasi tahun 1951, bioskop ini memutar film produksi MGM (Metro Goldwyn Mayer), Amerika Serikat.

Meskipun demikian, sekali-kali memutar film Indonesia. "Waktu saya berjualan di sini namanya sudah diganti dari Metropole menjadi Megaria, konon diganti jadi Megaria karena, Bung Karno (Presiden pertama Indonesia) ketika itu tak suka pada nama berbau Belanda itu," ujarnya.

Setelah bergabung dengan kelompok bioskop 21 pada tahun 1990-an, namanya diganti lagi menjadi Metropole 21.

Akhirnya, sejak beberapa tahun silam, balik lagi memakai nama Megaria 21, dan tahun 2008 kembali lagi menjadi Metropole XXI.

Hairul mengatakan penggantian nama Metropole menjadi Megaria terjadi beberapa kali. Setelah menjadi Megaria, diganti lagi menjadi Metropole, tetapi ditetapkan menjadi Megaria pada tahun 1960-an, sampai akhirnya mengunakan nama semula menjadi Metropole XXI.

Pada dekade 1960 dan 1970-an, bioskop dengan kapasitas 1.500 penonton itu sempat menjadi salah satu yang terbaik dan bergengsi di Jakarta.

Namun, setelah ruang bioskop dipecah-pecah menjadi empat teater kecil ala sinepleks kelompok bioskop 21, pamor Megaria malah merosot dan cuma jadi tujuan penonton film kelas dua

Bagi Hairul, tidak ada perubahan mencolok ketika gedung bioskop sudah beberapa kali berganti nama. Hanya loket penjualan tiket yang dulu terletak di bagian luar kini menjadi tempat pijat refleksi.

Tempat penjualan tiket kini terletak di bagian dalam. Di samping kanan bioskop, yang dulu berupa toko-toko tekstil, kini diisi barber shop, pedagang empek-empek, wartel dan rumah makan ayam kambali.

Di sini juga terdapat kantor sekuriti Metropole, induk dari bioskop Megaria 21. Bagian belakang gedung bioskop, dekat tempat parkir kendaraan bermotor yang kini menjadi studio 5 dan 6, dimana dulunya adalah perumahan militer.


Di sebelahnya terdapat Hero Super Market. Menurut keterangan, pemilik gedung bioskop Megaria, pada tahun 1970-an dan 1980-an, juga membangun Bioskop New Garden Hall yang kini berubah menjadi pertokoan Blok M Plaza.

Gedung ini milik PT Bioskop Metropole, yang punya orang Semarang. Sampai sekarang pemiliknya masih sama.

Meskipun sudah banyak biskop yang lebih modern, tidak membuat biskop yang berlokasi di pertigaan jalan antara Jalan Diponegoro dan Jalan Cikini Raya itu sepi dari pengunjung.

Dinding-dinding bioskop yang menyejarah menjadi saksi bisu kenangan indah pencinta bioskop di masa lalu.

Pada 1993, Gubernur DKI Jakarta melalui SK No. 475 menyatakan Bioskop Metropole sebagai Bangunan Cagar Budaya Kelas A yang dilindungi dan tak boleh dibongkar.

Pada awal 2007, tersiar berita bahwa gedung bioskop ini akan dijual. Lahan dan bangunannya ditawarkan dengan harga Rp 15 juta per m² atau total sekitar Rp 151,099 miliar.

Namun hal itu tenyata tidak menjadi kenyataan, bioskop Metropole XXI hingga kini masih berdiri megah meskipun sudah mengalami sejumlah pembaharuan.

"Saat ini pengunjung memang tidak tahu nama Metropole, mereka pasti bilangnya Megaria, karena itu lebih populer," katanya.


Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/42421-reinkarnasi_metropole

Legenda Pasar Rumput

Perternakan Kuda Thn 1940 Di Menteng



Pasar Rumput merupakan sebutan nama pasar yang sekarang lokasinya berada di Jalan Sultan Agung Jakarta Selatan. Pasar ini sekarang telah menyatu dengan Pasar Manggarai.

Tapi jangan harap Anda bisa mencari rumput di pasar ini. Sebab, pasar ini memang tak lagi menjual rumput yang menjadi makanan kuda ketika masanya dulu.

Kini pasar ini menjual beraneka ragam barang mulai dari makanan pokok hingga elektronik. Namun yang paling terkenal dari pasar ini adalah pusat perdagangan barang bekas.

Lalu bagaimana kawasan ini disebut sebagai Pasar Rumput?

Kisah penyebutannya Pasar Rumput ini bermula ketika para pedagang pribumi menjual rumput dan sering mangkal di lokasi ini. Para pedagang rumput terpaksa mangkal di sini karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke permukiman elit Menteng.

"Sekitar tahun 1950 banyak sekali warga Betawi di sini berjualan kuda, makanan kuda (rumput), gerobak kuda (delman)," kata Ridwan Hasan, 85 tahun, salah satu sesepuh Pasar Rumput saat berbincang dengan VIVAnews.

Ridwan menuturkan, saat itu masyarakat Menteng banyak yang memelihara kuda. Kuda sangat dikemal sebagai sarana angkutan yang banyak membawa penumpang orang kaya keluar masuk lingkungan Menteng.

Namun karena Menteng merupakan kawasan elit, membuat para pedagang rumput tidak bisa masuk untuk menjual dagangannya.

Akses berjualan rumput ke Menteng yang tertutup, membuat para pedagang terpaksa mencari sebuah tempat berjualan yang lokasi berdekatan dengan wilayah Menteng.

"Sejak itulah di sepanjang jalan Sultan Agung dipenuhi pedagang yang menjual rumput, kuda, dan gerobak," kata kakek yang sudah memiliki 6 cucu itu.


Kata pria yang lahir pada 1941 ini, "Setiap orang yang datang membeli pakanan kuda (rumput) di sini, kemudian menyebutnya Pasar Rumput," ungkapnya.

Bisnis rumput mengalami puncaknya pada tahun 1950-an. Sampai akhirnya sekitar tahun 1970-an para pedagang rumput mulai hilang satu persatu.

Namun mereka menghilang bukan karena adanya penggusuran atau penertiban."Pasar Rumput pada tahun 1980an sudah mulai lesu. Saat warga Menteng sudah mulai tidak memelihara kuda," imbuhnya.

Pedagang rumput kemudian hilang satu persatu setiap harinya. Bergantilah dengan pedagang barang bekas (loak) yang sebelumnya memang berjualan di pinggiran Sungai Ciliwung.

"Pedagang loak itu sudah ada sejak tahun 1960-an, tapi mereka mulai pindah berdagang ke Pasar Rumput ketika pedagang rumput gulung tikar," paparnya.

Bisnis barang bekas kian hari makin marak di Pasar Rumput hingga sekarang. Para pedagang umumnya menjajakan aneka sepeda, alat olahraga, dan mesin ketik bekas.

Pemandangan inilah yang terlihat jika melintas di jalan Sultan Agung, Manggarai.

Walaupun para pedagang rumput sudah tidak dapat ditemukan lagi di Pasar Rrumput, namun masyarakat Jakarta masih sangat akrab dengan sebutan nama Pasar Rumput.

"Kalau di Pasar Burung kita dapat membeli burung, di Pasar Buah kita dapat membeli buah, namun di Pasar Rumput yang ada hanya barang bekas," ujar Ridwan.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/28403-cerita_marjinalisasi_pedagang_rumput

Situ Gintung (Kisak Mistik Buaya Putih)


Tsunami kecil di pinggiran Ibu Kota itu melambungkan nama Situ Gintung. Kisah tragisnya menyedot ribuan orang untuk menyaksikan sisa keindahan.

Menempati lahan di Cirendeu, Ciputat, Tangerang Selatan, bendungan itu sudah ada sejak pemerintah kolonial. Baru sekitar tahun 1933, Belanda membangunnya sebagai tadah hujan untuk pengairan sawah.

Kala itu, luas situ mencapai 33 hektare dengan kapasitas tampungan air 2,1 juta meter kubik. Namun 76 tahun bertahan, luasnya susut menjadi 21 hektare.

Di sekeliling situ, sawah menghampar indah. Pepohonan rindang pun meneduhkan penghuninya. Sementara satu pulau mungil terpaku di tengah danau.

Sekitar tahun 1980, keindahan Situ Gintung mulai dilirik para pebisnis. Waduk tandon hujan itu digarap menjadi objek wisata alam. Berbagai fasilitas dibangun mulai dari restoran hingga sarana olahraga. "Banyak yang mancing di sini," kata Sa'amin Abdullah, 67, yang sudah 45 tahun bermukim di dekat situ.

Berbagai kegiatan massal pun acapkali digelar di Situ Gintung seperti lomba perkutut, dan lomba memancing. “Banyak juga masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup dari sana,” ujarnya.

Di balik daya tarik wisatanya, Situ Gintung ternyata menyimpan sejumlah misteri. Legenda buaya putih salah satunya. Konon, buaya itu adalah jelmaan nenek tua penjaga situ. Sesekali buaya itu muncul di tengah danau dan memangsa penduduk sekitar sebagai tumbal.

Misteri lain adalah kisah pulau mistis di tengah danau yang terkadang muncul, kadang hilang. Pulau itu, konon menjadi tempat tinggal sang penjaga situ. Jika melihat pulau itu, pengunjung bisa terhipnotis untuk menyeberangi danau dan tenggelam. “Pulau itu katanya sering mencari tumbal.”

Sejumlah kisah mistis itulah yang kemudian membuat banyak orang takut beraktivitas di tengah situ. Mereka khawatir akan celaka dan menjadi tumbal penjaga situ.

Pun tragedi jebolnya Situ Gintung. Sebagian warga yang percaya kisah mistis yakin 100 korban tewas dalam musibah malam buta itu menjadi tumbal penjaga situ.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/49496-buaya_putih__kisah_mistik_situ_gintung

Legenda Karet Tengsin


Rimbunan perkebunan karet seluas 300 hektar yang terhampar di jantung pusat kota Jakarta, terpaksa harus tergusur akibat perkembangan zaman ke arah modernisasi.

Pohon-pohon karet kini berganti wajah dengan gedung-gedung pencakar langit. Daerah yang dikenal dengan nama Karet Tengsing itu memiliki sejarah yang cukup panjang.

Menurut salah satu sesepuh Karet Tengsin, Husni MT, 60 tahun, asal mula nama daerah yang kini termasuk kawasan Segitiga Emas Kuningan, berasal dari nama orang China yang kaya raya dan baik hati.

Orang itu bernama Tan Tieng Shin. Karena baik hati dan selalu memberi bantuan kepada orang-orang sekitar kampung, maka Tieng Shin cepat dikenal oleh masyarakat sekitar dan selalu menyebut daerah itu sebagai daerah Tieng Shin.

"Karena orang pribumi susah nyebutnya jadi Tengsin saja," ujarnya kepada VIVAnews.

Memang pada waktu itu banyak pohon karet, Karet Tengsin dulunya adalah perkebunan karet milik etnis China Betawi bernama Tieng Shin. "Di sini dulunya hutan yang ditubuhi berbagai macam pohon. Salah satunya pohon karet. Hutan ini kemudian berubah menjadi perkebunan karet oleh Tieng Shin," ungkapnya.

Karena kekayaan yang berlimpah dan sikapnya yang dermawan membuat para pribumi banyak bekerja di perkebunan miliknya.

"Warga di sini dulunya hidup sejahtera, kita biasanya makan dari hasil hutan yang cukup berlimpah. Banyak sayur mayur yang tumbuh subur. Jadi tidak udah beli tinggal ambil saja," ujar Ketua RT 06 RW 02 Karet Tengsin ini.

Husni mengakui jika kakeknya Saidi merupakan teman akrab Tieng Shin. Tak hayal dirinya pun mengetahui sejarah tersebut. "Tieng Shin sudah berada di sini sejak 1890, dia memiliki rumah yang sekarang dibongkar menjadi Menara Batavia," tuturnya.

Perkebunan karet milik Tieng Shin akhirnya tergusur setelah dibangunnya Stadion Gelora Bung Karno. "Jalan KH Mas Mansyur dulunya kebun karet, tapi akhirnya ditebang untuk dijadikan jalan," kenangnya.

Kebun-kebun yang rindang dengan pohon karet akhirnya mulai menghilang, namun jejak keluarga Tieng Shin masih tetap bertahan meskipun tidak berlangsung lama.

"Pasca meninggalnya Tieng Shin, anak dan cucu masih menetap, tapi tidak lama. Sejak rumah mereka juga ikut tergusur, jejak itu sirna," katanya.

Husni mengaku sedih dengan kondisi Karet Tengsin saat ini. Warganya menjadi susah, lingkungan menjadi kumuh. Penduduk asli pun tak kuasa dengan adanya serangan dari gedung-gedung pencakar langit yang mulai menutupi rumahnya dari sinar matahari.

Satu persatu mereka mulai angkat kaki dari perkebunan karet itu.

Kali Krukrut yang melintasi perkebunan Karet Tengsin pun ikut terkena dari dampak modernisasi. "Dulu kalinya bening, kita masih suka mancing, mencuci, dan mandi. Tapi sekarang airnya kotor," ujarnya lirih.

Kini Karet Tengsin hanya sepenggal cerita massa lalu yang selalu terkenang dengan keindahan perkebunan karetnya. Karet Tengsin merupakan Kelurahan di Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

Karet Tengsin memiliki 70 RT yang terangkum dalam 9 Rukun Warga. Jumlah warga Karet Tengsin hampir 15 ribu jiwa.

Mereka tinggal di atas lahan, termasuk lahan Pemakaman Karet Bivak yang terkenal itu seluas 153 hektar.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/69071-bermula_di_kebun_karet_saudagar_tiongkok