Powered By Blogger

Jumat, 27 Agustus 2010

Bir Pletok Betawi Yang Langka


Mungkin benar, orang-orang Betawi mulai terpinggirkan. Buktinya sebagian besar tanah-tanah di kawasan segitiga emas Jakarta, Setiabudi misalnya, sudah bukan milik anak cucu Si Pitung. Padahal, Setiabudi hingga Karet adalah kantong-kantong penduduk Betawi.

Budaya Betawi mulai tergusur. Mungkin pengaruh budaya baru di Jakarta sangat kencang. Semua aliran budaya, baik dari dalam bahkan luar Indonesia berebut pengaruh di ibukota.

Namun, juga benar bahwa anak cucu orang-orang Betawi merindukan adat, tata cara, kebiasaan, kebiasaan dan juga peninggalan engkong serta nyai mereka tempo dulu.

Di Bale Betawi, salah satu sudut ajang Jakarta Fair, Kemayoran, Jakarta Pusat, gairah untuk kembali ke budaya asli Betawi itu kembali mencuat. Cobalah jenguk Bale itu, di samping hall D, atau depan gerbang Gambir Expo.

Di tempat itu, setiap hari ratusan hingga ribuan pengunjung JFK berdatangan, menengok salah satu stan terunik di Jakarta Fair tahun ini. Mereka berebut dan rela mengantri, sekedar agar dapat berfoto bareng dengan sejumlah ondel-ondel yang setia berdiri di sana. Juga membeli panganan khas Betawi yang tersedia. Mereka juga mengincar minuman ala betawi asli, Bir Pletok.

Ini jenis bir 'zero' alkohol. Bir Pletok termasuk langka. Apalagi dibanding dengan makanan betawi lainnya, seperti kerak telor. Mereka yang bisa membuat minuman ini kian sedikit jumlahnya. Bahan-bahan yang dibutuhkannya pun kian sulit ditemukan di Jakarta. Itu membuat ratusan liter Bir Pletok di Bale Betawi selalu ludes.

“Kami membutuhkan 12 macam rempah untuk membuat Bir Pletok yang sesungguhnya. Kami berusaha keras, mempertahankan, termasuk menjauhkan dari bahan-bahan pengawet,” kata Ariani Arsyad, pemilik bir pletok yang digadang-gadang keasliannya itu, yang dikutip dari press release PT JIExpo, penyelenggara Jakarta Fair.

Dari dua belas macam rempah, itu menurut Ariani, antara lain jahe merah, kayu secang, kayu manis, kapulaga dan gula pasir. Semua bahan direbus menjadi satu. Setiap satu kilogram bahan rempah, dicampur dengan lima liter air. Lalu disaring hingga dua kali. Tujuannya memisahkan rempah dari airnya.

“Nama pletok, diambil dari bunyi kapulaga yang terpecah saat direbus. Sementara istilah bir, konon merupakan istilah yang diambil Pitung, karena kerap melihat kebiasaan orang Belanda minum bir,” kata Ariani.

Dilihat dari berbagai bahan yang digunakan, maka tak aneh rasanya bila bir pletok memiliki banyak manfaat. Antara lain menjaga stamina, menghilangkan batuk, masuk angin, pegal, dan mengurangi rematik.

“Kata orang tua, dari semua manfaat itu, yang pasti bir ini bisa menghilangkan haus,” kata Ariani sembari berkelakar.

Hingga saat ini, kata Ariani, banyak orang percaya bir buatannya adalah asli, seperti saat Pitung membuatnya dulu. Karena resepnya berasal dari bapaknya langsung, yaitu Muhammad Arsyad, atau babe Arsyad dari daerah Matraman, Jakarta Timur. Sedang babe Arsyad hanya meneruskan kebiasaan H. Timin, yang tak lain babenya sendiri.

Sumber: http://metro.vivanews.com/news/read/161207-bir-pletok-betawi-yang-langka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar